Kondisi Ahmad Nadirin (7), warga Desa Padakaton, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, cukup memprihatinkan.
Selain kulitnya keriput dan perutnya membuncit, berat badan bocah tersebut hanya 9,7 kilogram jauh dari berat normal anak seusianya. Putra pertama pasangan Sartono (28) dan Juhrotun (27) ini diduga menderita gizi buruk. Bocah tersebut kini hanya bisa tergolek lemah di bangsal anak kelas III RSUD Brebes.
Sartono, ayah Ahmad Nadirin menuturkan saat lahir hingga menginjak usia 7 tahun kondisi anaknya cukup normal dengan barat badan mencapai 14 kilogram. Namun, sekira empat bulan lalu kesehatan Nadirin terus menurun hingga berat badannya menyusut.
“Setelah sakit-sakitan berat badannya (Nadirin) terus menyusut dari semula 14kg turun jadi 9,7 kilogram,” katanya saat ditemui di RSUD Brebes.
Dia menjelaskan, gizi buruk yang dialami anaknya baru diketahui setelah dibawa ke RSUD Brebes. Sebelumnya, Nadirin hanya diperiksakan ke dokter spesialis di Brebes. “Dokter spesialis anak hanya bilang kalau anak saya mengalami flek paru-paru. Tapi, setelah dibawa ke rumah sakit ternyata kena gizi buruk,”ujar Sunarto yang berprofesi sebagai penjual mainan di Jakarta ini.
Ibu kandung Nadirin, Juhrotun menuturkan, penyakit paru-paru yang dialami anaknya terjadi setelah berusia enam tahun. “Setelah umur 6 tahun anak saya sakit-sakitan terus. Kalau makan tidak ada masalah, tapi dia (Nadirin) tidak mau minum susu,”ujarnya.
Direktur RSUD Brebes Laode Budiono mengatakan, gizi buruk terjadi karena pasien kurang mendapat asupan makanan bergizi. Ini dipicu kondisi ekonomi dan ketidaktahuan orang tua pasien untuk memperhatikan kondisi anaknya.
Selain kulitnya keriput dan perutnya membuncit, berat badan bocah tersebut hanya 9,7 kilogram jauh dari berat normal anak seusianya. Putra pertama pasangan Sartono (28) dan Juhrotun (27) ini diduga menderita gizi buruk. Bocah tersebut kini hanya bisa tergolek lemah di bangsal anak kelas III RSUD Brebes.
Sartono, ayah Ahmad Nadirin menuturkan saat lahir hingga menginjak usia 7 tahun kondisi anaknya cukup normal dengan barat badan mencapai 14 kilogram. Namun, sekira empat bulan lalu kesehatan Nadirin terus menurun hingga berat badannya menyusut.
“Setelah sakit-sakitan berat badannya (Nadirin) terus menyusut dari semula 14kg turun jadi 9,7 kilogram,” katanya saat ditemui di RSUD Brebes.
Dia menjelaskan, gizi buruk yang dialami anaknya baru diketahui setelah dibawa ke RSUD Brebes. Sebelumnya, Nadirin hanya diperiksakan ke dokter spesialis di Brebes. “Dokter spesialis anak hanya bilang kalau anak saya mengalami flek paru-paru. Tapi, setelah dibawa ke rumah sakit ternyata kena gizi buruk,”ujar Sunarto yang berprofesi sebagai penjual mainan di Jakarta ini.
Ibu kandung Nadirin, Juhrotun menuturkan, penyakit paru-paru yang dialami anaknya terjadi setelah berusia enam tahun. “Setelah umur 6 tahun anak saya sakit-sakitan terus. Kalau makan tidak ada masalah, tapi dia (Nadirin) tidak mau minum susu,”ujarnya.
Direktur RSUD Brebes Laode Budiono mengatakan, gizi buruk terjadi karena pasien kurang mendapat asupan makanan bergizi. Ini dipicu kondisi ekonomi dan ketidaktahuan orang tua pasien untuk memperhatikan kondisi anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar